
Pada suatu pagi, seperti biasanya nini Yati sudah bersiap-siap untuk pergi ke pasar Tumenggungan hendak menjual tempe buatannya, tetapi sangat kagetlah nini Yati ketika memeriksa tempe yang dia buat pada hari sebelumnya ternyata belum jadi benar, baru separuh jadi. Namun dia teringat akan firman Tuhan yang mengatakan bahwa Tuhan selalu memberikan yang terbaik bagi umatnya, dan tiada yang mustahil bagi Tuhan.
Kemudian ia berdoa : "Ya Tuhan, Allah Bapa yang Maha Rahim, aku percaya bahwa Engkau selalu memberikan rejeki pada setiap umatmu, dan tiada yang mustahil bagi Mu, maka ya Tuhan Jadikanlah kedelai ini menjadi tempe. Amin".
Selesai berdoa, dengan penuh iman dan kepercayaan nini Yati segera membuka kembali bungkusan tempe yang masih belum jadi benar itu, berharap kedelai-kedelai itu sudah berubah menjadi tempe yang sudah jadi sesuai dengan doanya. Tapi setelah dibuka, ternyata tempe-tempe itu masih belum jadi juga.
Kemudian dia berdoa lagi, (kali ini sambil menumpangkan tangannya keatas tumpukan tempe-tempe itu) "ya Tuhan jadikanlah kedelai-kedelai ini menjadi tempe. Amin". Kemudian sekali lagi ia membuka bungkusan tempe-tempe itu. Dan apa yang terjadi? ternyata tidak satupun tempe-tempe itu ada yang jadi alias masih setengah jadi berwujud kedelai. Namun sebagai orang 'beriman' dia tidak menyerah begitu saja dan tetap percaya bahwa Tuhan pasti akan membuat tempe-tempe itu benar-benar jadi. Lalu dia tetap mengemasi tempe-tempe yang belum jadi itu dan berangkat ke pasar Tumenggungan, sebelum berangkat dia menyempatkan berdoa sekali lagi. Karena ia masih percaya pasti ketika nanti sampai di pasar kedelai-kedelai itu sudah berubah menjadi tempe.
Kemudian nini Yati mulai memikul rinjing-nya dan berangkat menuju pasar Tumenggungan. Diperjalan an pun dia terus "berkomat-kamit" memanjatkan doa. Tak lama kemudian, sampailah dia di pasar Tumenggungan dan segera menata barang dagangannya berjajar dengan para penjual tempe yang lainnya. Selesai menata barang dagangan nini Yati kembali memeriksa semua bungkusan kedelai yang dia bawa. Alhasil, sama. Masih kedelai juga (ciaapeek dechh...).
Hati nini Yati mulai dirambati kesedihan. Ia bertanya-tanya dalam hatinya yang mulai pilu. Apakah Tuhan tidak sayang padaku lagi? Apakah Tuhan tidak mau mencurahkan berkatnya lagi padaku yang sudah tua renta ini? sedangkan ini adalah sumber penghasilanku satu-satunya. Lalu dia menoleh kearah pedangang-pedangan tempe yang lain yang sedang sibuk melayani para pembeli. Pemandangan itu makin membuat hati nini Yati bersedih.
Hingga sore menjelang, nini Yati masih saja duduk di tempanya sambil menatap kosong kearah orang yang berlalu-lalang, dengan dagangan yang masih utuh seperti sediakala. Sementara pedagang-pedagang tempe yang lain sudah pulang semua karena barang dagangan mereka sudah habis terjual. Sekarang tinggallah nini Yati sendirian yang masih belum beranjak dari tempatnya dan masih terus meratapi nasibnya hari ini. Namun disela-sela kesedihan dan kenelangsaan-nya itu sebagai orang beriman ia masih menaruh sedikit harapan bahwa Allah pasti akan menolongnya.
Sebelum ia memutuskan untuk mengemasi semua tempe-tempe yang belum jadi dan bergegas pulang, ia pun kembali berdoa untuk yang kesekian kalinya : "Ya Allah ya Bapa... aku tahu kau mengasihiku seperti engkau juga mengasihi anak-anakMu yang lain, maka ya Bapa aku memohon kepadaMu, berikanlah yang terbaik kepadaku sesuai dengan kehendakMu, bukan kehendakku. Amin".
Dan, disela keheningan dan titik air mata yang sempat keluar dari kelopak mata keriputnya, ia dikagetkan oleh suara seorang perempuan yang bertanya : "Mbah apa disini ada yang jual tempe yang setengah jadi ya? Saya dari tadi muter-muter mencari di pasar ini tapi kok tidak ada yang jual tempe yang setengah jadi, adanya tempe yang sudah jadi semua". Kemudian dengan wajah yang kembali sumringah nini Yati pun segera menjawab : "Ada mbak... ini saya ada 50 biji, mbak butuh berapa biji?". "saya beli semua saja mbah", jawab perempuan pembeli itu. Betapa bahagianya hati wanita tua itu, lalu sambil memasukkan tempe-tempe setengah jadi itu kedalam tas kresek nini Yati pun bertanya : "mbak kalo boleh saya tahu, untuk apa mbak beli tempe yang setengah jadi?" Lalu perempuan itu menjawab : "Saya akan pergi ke luar kota, dan disana teman-teman saya meminta saya membawakan tempe khas kebumen, kalo saya bawa dari sini tempe yang sudah jadi pasti sampai disana tempenya akan busuk, maka itu saya membawa tempe yang setengah jadi dari sini, sehingga waktu sampai disana, tempe itu sudah bisa langsung diolah".
Moral cerita:
Terkadang kita sering memaksakan kehendak kita kepada Tuhan, kita sering berkeras hati apa yang kita inginkan itulah yang harus terjadi. Melalui kisah diatas rupanya kita diajak untuk mengerti bahwa Tuhan mempunyai cara tersendiri dalam menjawab setiap doa kita, meski kadang berada jauh diluar keinginan kita tetapi itulah yang terbaik.
[dikembangkan dari "kisah penjual tempe", melasayang.blog.com]